Tanaman katuk (Sauropus androgunus L. Merr) tergolong dalam keluarga Euphorbiaceae. Sayuran ini biasanya dimanfaatkan sebagai bahan masakan, lalapan, pewarna makanan, dan obat herbal. Tinggi pohon katuk dapat mencapai 2,5-5 m, tumbuh menahun, berbentuk semak perdu, serta merumpun. Walaupun sudah banyak ditanam di beberapa daerah, tetapi potensi ekonomi dan sosial tanaman ini belum diungkap terlalu luas sehingga masih merupakan usaha yang sambilan saja.
PERSIAPAN LAHAN
Anda bisa menyiapkan lahan penanaman katuk dalam bentuk petakan dengan sistem bedengan atau bentuk larikan dengan sistem pagar. Kami akan mencoba menjelaskannya lebih lanjut di bawah ini.
Sistem Petakan (Bedengan)
Lahan yang menggunakan sistem bedengan biasa diaplikasikan pada lahan khusus untuk penanaman katuk. Umumnya digunakan jarak tanam yang teratur 20 x 20 cm secara berjajar atau berbaris. Anda dapat mencangkul atau membajak tanah tersebut sedalam 30 cm atau lebih agar gembur. Kemudian buatlah bedengan atau petakan yang berukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm, jarak antar petakan 30-40, dan panjang petakan tak lebih dari 12 m. Bedengan ini lalu ditaburi pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha, lantas dicampur dengan tanah dan diratakan supaya subur.
Sistem Larikan (Pagar)
Kegiatan pengolahan tanah hanya dilaksanakan pada bidang tanah yang bakal ditanami saja. Lahan yang terpilih ini lantas diolah sampai gembur. Buatlah larikan dengan ukuran lebar 30-40 cm, tinggi 30 cm, dan panjang sesuai keadaan tanah. Selanjutnya larikan tersebut bisa ditaburi pupuk kandang dengan dosis 20 ton/ha. Campurkanlah pupuk ini dengan tanah untuk meningkatkan kesuburannya. Lalu Anda dapat merapikannya kembali.
PENANAMAN
Pada umumnya, tanaman katuk diperbanyak secara vegetatif dengan metode stek batang atau stek cabang. Diketahui tingkat kebutuhan stek tanaman katuk mencapai 400.000 stek/ha. Cara menanam stek katuk tersebut yaitu Anda cukup menancapkannya dengan posisi tegak ke dalam lubang tanam sedalam 5-10 cm. Kemudian tanah tersebut mesti disirami untuk membuatnya menjadi lembap. Hal ini akan membuat stek tanaman katuk tadi bakal tumbuh dengan baik.
PEMELIHARAAN
Bentuk pemeliharaan utama pada budidaya tanaman katuk adalah pengairan dan penyiangan. Anda perlu menyiangi gulma yang tumbuh di areal lahan sebanyak 2 kali/minggu, khususnya pada musim kemarau. Kerjakan penyiangan ini ketika tanaman berumur 15 hari setelah tanam. Selanjutnya Anda bisa menyiangi gulma setiap 1 bulan atau tergantung kondisi gulma. Sembari melakukan penyiangan, kami sarankan melakukan pembumbunan untuk memperbaiki bedengan.
Sedangkan untuk pengairan mesti disesuaikan dengan kondisi cuaca atau keadaan tanah. Pengairan ini penting sekali diperhatikan, terutama pada masa awal penanaman. Disarankan untuk memasang sistem pengairan tambahan bila lahan berada di lokasi yang sulit air. Tanaman katuk ini sensitif sekali terhadap pemupukan. Pupuk yang perlu diberikan antara lain Urea sebanyak 200 kg/ha serta KCl 50 kg/ha. Anda juga bisa memberikan pupuk lainnya tergantung keadaan tanah dan kesuburannya.
PENGENDALIAN OPT
Beberapa OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) penting pada tumbuhan katuk adalah ulat daun, kutu daun, busuk akar, dan layu bakteri. Metode pengendaliannya mesti disesuaikan dengan jenis OPT yang menyerang. Di bawah ini merupakan cara yang bisa Anda gunakan untuk membasmi OPT tersebut, meliputi :
- Melaksanakan sanitasi lahan serta menjaga kebersihan dan kelembapannya
- Menerapkan pergiliran tanaman dengan jenis lain untuk memutus siklus hidup OPT
- Mengaplikasikan pestisida secara selektif sesuai rekomendasi yang dianjurkan
PANEN & PASCA PANEN
Pada umur 3-3,5 bulan setelah tanam, tanaman katuk mampu tumbuh hingga tingginya mencapai 70 cm atau lebih. Pada rentang usia ini, Anda dapat melakukan pemanenan daun katuk tahap pertama. Proses pemanenan ini dilaksanakan dengan memangkas ujung tanaman atau cabang memakai pisau yang tajam. Bagian pucuk tanaman tersebut bisa dipangkas atau dipotong sepanjang 10-15 cm. Kami menyarankan untuk memanen daun katuk ini di pagi atau sore hari saat kondisi cuaca cerah. Adapun proses pemanenan berikutnya dikerjakan secara rutin setiap 2-4 minggu sekali.