Kenali 10 Jenis Tanah di Indonesia, Ciri-ciri, dan Daerah Persebarannya

Tanah pada dasarnya merupakan materi yang terbentuk dari pelapukan batu-batuan. Tanah menempati bagian permukaan (lapisan teratas) planet bumi. Proses pelapukan batu hingga jadi tanah berlangsung selama jutaan tahun lamanya. Proses pelapukan tersebut terjadi akibat aktivitas mikroorganisme, suhu yang terus berubah-ubah, dan aliran air. Walaupun bahan baku pembentuk tanah pada dasarnya sama, tapi proses pelapukan yang berbeda-beda mampu menghasilkan bermacam-macam jenis tanah. Sampai saat ini dikenal terdapat 10 jenis tanah dengan karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda.

TANAH ALUVIAL

Tanah aluvial adalah tanah yang terbentuk akibat endapan lumpur yang terbawa aliran sungai. Tanah di bagian hulu sungai terbawa oleh aliran air dan mengendap di bagian hilir sungai. Biasanya tanah aluvial memiliki warna cokelat sampai abu-abu. Karena sangat subur serta teksturnya gembur, tanah ini sangat cocok digunakan sebagai lahan pertanian. Petani tak perlu mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengolah tanah tersebut. Dengan banyaknya sungai yang dimiliki Indonesia, tanah aluvial ini banyak terdapat di berbagai daerah.

TANAH ANDOSOL

Tanah andosol adalah tanah yang terbentuk karena adanya proses vulkanisme pada gunung berapi. Ini merupakan salah satu tanah terbaik untuk digunakan bercocok tanam sebab kondisinya sangat subur. Tanah andosol berwarna cokelat abu-abu akibat kandungan mineral dan unsur hara yang tinggi. Daerah di sekitar gunung berapi umumnya mengandung tanah andosol ini. Misalnya seperti Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan Sumatera yang notabene banyak mempunyai gunung berapi yang aktif. Sehingga tanah di sekitarnya merupakan tanah andosol.

TANAH ENTISOL

Sama halnya seperti tanah andosol, tanah entisol juga terbentuk akibat proses vulkanisme. Namun yang membedakan adalah tanah entisol ini tercipta dari pelapukan material-material letusan gunung berapi seperti debu, pasir, lahar, atau lapili. Tingkat kesuburan tanah entisol juga sangat tinggi. Permukaannya cukup tipis yang belum memiliki lapisan tanah kompleks sebab masih muda. Biasanya juga hanya berupa gundukan pasir. Tanah entisol umumnya berada di sekitar kawasan gunung berapi. Contohnya seperti Jawa Tengah dan Yogyakarta.

TANAH GRUMUSOL

Tanah grumusol adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur dan tuffa vulkanik. Karena berasal dari batuan kapur, maka kandungan bahan organik di dalam tanah ini terbilang rendah sehingga tidak cocok dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Tanah grumusol memiliki tekstur yang kering, mudah pecah, dan berwarna hitam. Tanah ini memiliki pH yang alkalis sampai normal. Biasanya tanah grumusol terletak di bawah 300 meter dpl serta topografinya berbentuk datar hingga bergelombang. Di daerah ini juga sering terjadi perubahan suhu yang ekstrem.

TANAH HUMUS

Tanah humus adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan tumbuh-tumbuhan. Tanah ini mengandung unsur hara yang sangat tinggi sehingga cocok sekali digunakan bercocok tanam. Kandungan zat mineral di dalamnya juga melimpah. Tanah humus dapat dikenali dari warnanya yang kehitam-hitaman. Tanah ini banyak terdapat di pedalaman hutan rimba seperti Kalimantan dan Papua. Pada umumnya, kami juga menyarankan Anda menggunakan tanah humus manakala ingin menanam suatu tumbuhan di dalam pot atau polybag.

TANAH INSEPTOL

Tanah inseptol adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan sedimen atau batuan metamorfosis. Tanah ini bisa dikenali dari warnanya yang cokelat keabu-abuan atau hitam keabu-abuan. Tanah ini juga banyak terdapat di dalam hutan dan menjadi penopang vegetasi di sini. Ciri lainnya dari tanah inseptol ialah adanya horizon kambik di mana horizon ini kurang dari 25 persen dari horizon selanjutnya sehingga unik sekali. Umumnya tanah inseptol banyak dimanfaatkan sebagai area perkebunan. Tanah ini banyak terdapat di Sumatera, Kalimantan, dan Papua.

TANAH LATERIT

Tanah laterit adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batu-batuan selama berjuta-juta tahun. Tanah  ini mempunyai warna merah dan tekstur yang liat. Di dalamnya terkandung zat besi dan aluminium yang tinggi. Sehingga tanah laterit ini tidak cocok ditanami tumbuh-tumbuhan apa saja. Biasanya tanah laterit banyak terdapat di wilayah pedesaan atau perkampungan.. Tanah ini sendiri tergolong dalam tipe tanah tua. Persebaran tanah ini meliputi Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, dan Kalimantan.

TANAH LATOSOL

Tanah latosol adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan sedimen atau metamorf. Ciri-ciri dari tanah ini yaitu warnanya merah kekuning-kuningan. Tanah latosol ini dikenal pula dengan sebutan tanah lempung karena mempunyai tekstur yang sangat liat. Tanah ini juga memiliki solum horizon. Persebaran tanah latosol banyak terdapat di daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi dengan kelembapan yang tinggi pula. Biasanya tanah ini berada di daerah di ketinggian 300-1000 meter dpl. Tanah latosol tidak terlalu subur karena banyak mengandung zat besi dan aluminium.

TANAH LITOSOL

Tanah litosol adalah tanah yang baru saja terbentuk dan terbilang masih muda. Proses pembentukan tanah ini dipicu oleh perubahan iklim, topografi, dan peristiwa vulkanik. Tanah ini mempunyai tekstur yang bermacam-macam. Ada yang lembut, mengandung pasir, dan memiliki banyak batu. Penanaman pohon disinyalir bisa meningkatkan kesuburan tanah litosol. Area persebaran tanah ini biasanya banyak terdapat di daerah-daerah berkontur miring yang memiliki tingkat kecuraman yang tinggi. Daerah bukit dan gunung merupakan contohnya.

TANAH KAPUR

Tanah kapur adalah tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan kapur. Karena memang berasal dari batu kapur, maka tanah ini benar-benar tidak subur. Namun kita tetap bisa menanaminya dengan pohon yang kuat, keras, dan tahan lama seperti pohon jati, pohon mahoni, dan lain-lain. Sedangkan tanaman yang membutuhkan banyak air tidak bisa ditanam di tanah kapur ini. Tanah kapur umumnya tersebar di kawasan pegunungan kapur. Nusa Tenggara dan Yogyakarta merupakan daerah yang banyak memiliki tanah tipe kapur ini.