Apakah penyebab utama daun cabai menjadi keriting? Tidak lain adalah aktivitas OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) yang mengakibatkan daun-daun tanaman cabai mengeriting. Setidaknya terdapat tiga jenis hama yang menjadi biang keroknya antara lain thrips, tungau, serta aphids. Ketiga macam OPT tersebut termasuk ke dalam hama yang berjenis kutu-kutuan. Kabar buruknya ialah hama-hama ini dapat menyerang cabai rawit dan cabai merah.
Pada dasarnya serangan yang dilakukan oleh thrips, tungau, dan aphids tidak jauh berbeda. Serangan dari thrips, tungau, serta aphids ini sama-sama menyebabkan daun tumbuhan cabai menjadi mengerut dan berubah mengeriting. Tetapi gejala-gejala awal yang ditunjukkan oleh tanaman cabai yang mendapatkan serangan tidaklah sama. Berbeda dengan serangan aphids, serangan oleh thrips dan tungau juga menyebabkan daun cabai mengalami kerontokan.
Di bawah ini akan kami bahas seputar hama-hama penyebab daun cabai mengeriting serta cara mengatasinya yang tepat.
Thrips (Thrips tobacci)
Penyebab daun cabai menjadi keriting yang pertama adalah thrips. Serangga dengan nama ilmiah Thrips tobacci ini memiliki tubuh yang sangat kecil. Ukuran panjang tubuhnya saja hanya mencapai 1-1,2 mm. Warnanya hitam dengan bercak-bercak berwarna merah. Pada fase nimpa, thrips berwarna kekuning-kuningan dan tidak memiliki sayap. Kemudian setelah tumbuh menjadi dewasa, thrips mempunyai sayap dan rambut di tubuhnya.
Thrips senang tinggal di permukaan bagian bawah daun tanaman cabai. Dia akan mulai berpindah dari tanaman satu ke tanaman lainnya saat kondisi cuaca sedang panas. Ukurannya yang kecil tidak lantas menghambat pergerakan hama ini. Faktanya, thrips mampu berpindah tempat dalam waktu yang tergolong cepat. Thrips melakukan serangan dengan cara menghisap cairan yang terkandung di dalam daun dan bunga cabai.
Pada umumnya, thrips lebih menyukai daun cabai yang masih muda alias pucuk daun. Cairan di dalam daun tersebut dihisapnya secara perlahan-lahan. Akibatnya pertumbuhan daun ini menjadi tidak normal, teksturnya mengerut, berbentuk melengkung, dan mengeriting. Warnanya pun berubah menjadi hijau keperak-perakan serta mudah mengalami kerontokan. Hal ini lantas berujung pada produktivitas tanaman yang menurun drastis.
Upaya pengendalian thrips dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti :
- Sanitasi lahan dengan membersihkan gulma
- Menggunakan mulas plastik hitam perak
- Mengatur jarak tanam agar tidak terlalu rapat
- Tidak menanam cabai di lahan bekas penanaman tomat, bawang merah, atau jeruk
- Tidak berdekatan dengan lahan penanaman cabai
- Penggunaan pestisida yang mengandung abamectin
Tungau (Mites)
Tungau merupakan serangga yang memiliki ukuran tubuh kecil sekali dengan kaki yang berjumlah delapan. Tungau biasanya hidup di bagian bawah permukaan daun. Serangan tungau cepat meluas pada musim kemarau dengan suhu udara lebih dari 27 derajat celsius. Hal ini disebabkan tungau akan cepat berkembang biak pada suhu tinggi. Telurnya akan menetas dalam waktu 3 hari. Kemudian akan berubah menjadi tungau dewasa setelah 5 hari kemudian.
Gejala awal dari serangan tungau yang paling mencolok ialah daun tanaman cabai berubah menjadi keriting dan melengkung ke bawah. Kondisi tersebut disebabkan terhisapnya cairan yang ada di dalam daun oleh tungau yang bersembunyi di baliknya. Akhirnya jaringan klorofil pada daun pun mengalami kerusakan. Daun cabai menjadi berwarna kecokelatan, mengeriting, mengecil, dan mudah rontok dengan sendirinya. Hati-hati karena tungau juga suka menyerang batang muda dan pucuk daun tanaman cabai.
Berikut ini langkah-langkah untuk mengendalikan tungau pada tanaman cabai :
- Menjaga kebersihan lahan budidaya cabai dengan baik
- Menggunakan mulsa plastik hitam perak sebagai upaya pencegahan
- Memberikan jarak dari lahan penanaman melon, semangka, dan kacang panjang
- Menghindari penanaman kembali secara langsung di lahan bekas tanaman cabai
- Menyemprotkan insektisida yang mengandung fipronil atau diafenthiuron
Aphids (Kutu Daun)
Di Indonesia, aphids dikenal sebagai kutu daun. Ukuran tubuhnya lebih besar dibandingkan dengan thrips dan tungau. Itulah kenapa aphids ini tidak cepat berpindah tempat atau meloncat dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Aphids memiliki tubuh yang berwarna hijau kehitam-hitaman. Ada aphids yang mempunyai sayap. Namun tidak sedikit pula aphids yang tidak memilikinya.
Walaupun dikenal dengan sebutan kutu daun, kenyataannya aphids tidak hanya melakukan serangan terhadap bagian daun tanaman saja. Serangga ini juga bisa menyerang batang tanaman cabai yang usianya masih muda. Caranya dilakukan dengan menghisap cairan yang terdapat di dalam daun dan batang tanaman. Akibatnya daun dan batang tersebut menjadi keriting, mengerut, serta terhambat pertumbuhannya. Aphids juga bisa mengeluarkan embun madu yang sangat disukai semut hingga mengakibatkan pertumbuhan jamur embun jelaga yang dapat menghambat proses fotosintesis.
Metode pengendalian aphids dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya :
- Rutin membersihkan lahan dari gulma
- Pemakaian mulsa plastik hitam perak
- Menghindari penanaman cabai di lahan bekas budidaya kacang panjang
- Tidak melakukan teknik tumpangsari cabai dengan kacang panjang
- Pengontrolan tanaman cabai secara manual
- Membinasakan aphids secara mekanik bila serangannya masih ringan
- Memastikan lahan bebas dari sarang semut
- Menggunakan pestisida yang sesuai, baik pestisida nabati maupun kimiawi