Seperti halnya manusia, tanaman jahe pun memiliki risiko terserang oleh berbagai gangguan seperti hama dan penyakit. Pada umumnya serangan hama/penyakit ini dipicu oleh kondisi lahan budidaya yang penuh dengan tanaman gulma seperti rumput, alang-alang, teki, ageratum, dan gulma berdaun lebar yang lainnya. Tumbuhan gulma ini juga harus Anda kendalikan dengan tepat karena menjadi inang bagi hama atau penyakit yang menyerang tanaman jahe.
Diketahui bahwa ada beberapa hama pada tanaman jahe yang wajib Anda waspadai. Yang pertama yaitu kepik, di mana hama ini biasanya menyerang bagian daun tanaman jahe hingga menyebabkan timbulnya lubang-lubang tidak beraturan. Kemudian Anda juga harus mewaspadai serangan dari ulat penggerek yang suka menyerang bagian akar tanaman jahe hingga mengakibatkan tanaman ini akan mengering dan mati. Selain itu, waspada juga terhadap serangan hama kumbang.
Sementara itu, penyakit-penyakit yang menyerang tanaman jahe di antaranya penyakit layu bakteri, penyakit busuk rimpang, dan penyakit bercak daun.
Penyakit Layu Bakteri
Gejala awal penyakit layu bakteri adalah pada awalnya helaian daun pada bagian bawahnya melipat dan menggulung. Kemudian terjadi perubahan warna pada daun tersebut, dari hijau menjadi kuning serta kondisinya mengering. Lalu bagian tunas batang pun membusuk. Akhirnya tanaman ini menjadi rebah dan mati. Jika diperhatikan dengan baik, rimpang jahe yang sakit tersebut berwarna gelap dan agak membusuk. Bila rimpang ini dipotong, maka akan keluar lendir kecokelatan atau putih susu.
Penyakit layu bakteri umumnya menyerang tanaman jahe yang berumur sekitar 3-4 bulan. Penyebab utamanya yaitu suhu udara yang dingin, air yang tergenang, serta kondisi tanah yang terlalu lembap. Anda bisa mengendalikan penyakit ini dengan metode-metode sebagai berikut :
- Gunakan bibit yang unggul dan kondisinya sehat
- Segera lakukan karantina terhadap tanaman jahe yang terserang
- Lakukan pengolahan tanah di awal dengan baik dan menyeluruh
- Semprotkan fungisida Dithane M-45 (0,25%) atau Bavistin (0,25%)
Penyakit Busuk Rimpang
Bibit penyakit busuk rimpang ini masuk ke dalam bagian rimpang tanaman melalui luka. Selanjutnya bibit penyakit tersebut akan tumbuh dengan baik didukung oleh kondisi lingkungan yang lembap dan suhu udara rata-rata 20-25 oC. Lama-kelamaan rimpang jahe pun akan membusuk akibat serangan yang terus berlanjut. Gejala khas serangannya yakni daun bagian bawah bakal menguning dan layu, hingga akhirnya tanaman pun akan mati.
Di bawah ini metode pengendalian penyakit busuk rimpang yang kami sarankan :
- Bibit tanaman jahe yang ditanam harus dalam keadaan sehat
- Terapkan pola tanam yang baik dengan perawatan yang benar
- Aplikasikan fungisida yang tepat untuk membasmi bibit penyakit
Penyakit Bercak Daun
Penyakit bercak daun umumnya menular ke tanaman jahe melalui bantuan angin. Bibit penyakit ini bisa menginfeksi tanaman, baik melalui luka atau tanpa luka. Gejala awal serangannya yaitu muncul bercak-bercak yang berukuran 3,5 cm pada daun. Kemudian bercak ini akan berubah menjadi warna abu-abu dengan bintik-bintik hitam di tengah dan bagian tepinya mengalami busuk basah. Jika terus dibiarkan saja, maka tanaman tersebut akan mati.
Teknik pengendalian penyakit bercak daun dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :
- Penggunaan bahan tanam yang unggul dan sehat
- Penerapan pola tanam yang baik dan sesuai
- Penyemprotan fungisida yang tepat sesuai gejala
Pengendalian Hama dan Penyakit Secara Organik
Di dalam sistem pertanian organik, seluruh kegiatannya dilakukan menggunakan bahan-bahan yang bersifat ramah lingkungan dan tidak memakai bahan-bahan kimia yang berbahaya sama sekali. Pada umumnya, pertanian dengan sistem organik ini sudah memanfaatkan bahan-bahan tersebut secara terpadu sejak awal pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit, atau dikenal juga dengan istilah PHT (Pengendalian Hama Terpadu).
Adapun komponen-komponen PHT tersebut adalah sebagai berikut :
- Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat dengan memilih bibit unggul yang sehat, bebas dari hama/penyakit, dan tahan terhadap serangan hama sejak awal pertanaman.
- Memanfaatkan musuh-musuh alami/organisme predator secara maksimal.
- Memakai varietas tanaman yang unggul dan tahan terhadap serangan hama/penyakit.
- Mengaplikasikan metode pengendalian secara fisik atau mekanis menggunakan tenaga dari manusia.
- Menerapkan teknik budidaya yang baik seperti pola tumpang sari dengan memilih tanaman pendamping yang menunjang atau melakukan rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup dari hama/penyakit.
- Mengaplikasikan pestisida, insektisida, atau herbisida alami yang ramah lingkungan dan tak menimbulkan residu toksik pada tanaman maupun tanah. Namun bahan-bahan ini hanya boleh digunakan dalam keadaan darurat berdasarkan atas kerusakan ekonomi.
Di bawah ini merupakan contoh tanaman yang bisa kita manfaatkan sebagai bahan pestisida alami, serta dapat digunakan untuk mengendalikan hama/penyakit pada tanaman jahe, antara lain :
- Tembakau (Nicotiana tabacum) mengandung zat nikotin yang dapat dimanfaatkan untuk insektisida kontak sebagai fumigan atau racun perut. Contohnya penerapan untuk serangga berukuran kecil seperti Aphids.
- Piretrum (Chrysanthemum cinerariaefolium) mengandung piretrin yang bisa kita gunakan sebagai insektisida sistemik yang menyerang urat syaraf pusat. Bahan ini bisa diaplikasikan dengan semprotan. Penerapan pada serangga contohnya lalat rumah, nyamuk, kutu, hama gudang, dan lalat buah.
- Tuba (Derris elliptica dan Derris malaccensis) mengandung rotenone yang mana dapat kita manfaatkan untuk insektisida kontak. Bahan ini bisa diformulasikan dalam bentuk hembusan dan semprotan.
- Neem tree atau mimba (Azadirachta indica) mengandung azadirachtin yang memiliki sistem kerja yang cukup selektif. Pengaplikasian racun ini khususnya pada serangga tipe penghisap seperti wereng atau serangga pengunyah seperti hama penggulung daun (Cnaphalocrocis medinalis). Bahan ini juga efektif dipakai untuk mengendalikan serangan virus seperti RSV, GSV, dan Tungro.
- Bengkuang (Pachyrrhizus erosus) yang mana bijinya mempunyai kandungan rotenoid yaitu pakhirizida yang dapat kita manfaatkan sebagai bahan insektisida serta larvasida.
- Jeringau (Acorus calamus ) yang mana bagian rimpangnya mengandung komponen utama asaron sehingga dapat dimanfaatkan untuk racun serangga dan pembasmi cendawan, serta hama gudang Callosobrocus.