Panduan Bercocok Tanam Secara Hidroponik, Gampang untuk Pemula!

Hidroponik pada dasarnya ialah suatu teknik bercocok tanam yang dilakukan dengan menanam tumbuh-tumbuhan menggunakan media tanam berupa air. Walaupun tanpa tanah, tumbuh-tumbuhan tersebut tetap mampu hidup dengan normal karena asupan nutrisi yang dibutuhkannya tetap terpenuhi. Kini tren bercocok tanam secara hidroponik sedang begitu populer di Indonesia. Kendati prosesnya memang lebih sulit, tetapi banyak orang tertarik untuk mencobanya. Contoh-contoh tanaman yang bisa ditanam secara hidroponik antara lain paprika, tomat, melon, selada, caisim, sawi, timun, dan terong.

Sistem pemeliharaan tanaman hidroponik dinilai memiliki kelebihan pada pemanfaatan media yang bisa digunakan berulang-ulang, asupan nutrisi yang diserap oleh tanaman lebih terkendali, dan kondisi lahan yang lebih bersih. Metode ini juga memungkinkan tanaman yang dibudidayakan menjadid lebih aman dan tidak terganggu oleh gulma, serta lebih praktis pula dalam perawatannya. Sehingga tak heran kalau tanaman yang dibudidayakan secara hidroponik ini sanggup tumbuh lebih cepat serta memberikan hasil yang melimpah. Inilah alasannya kenapa orang bersikeras untuk mempelajari hidroponik.

Setidaknya terdapat 9 macam teknik untuk bercocok tanam secara hidroponik. Di antaranya yaitu static solution culture, continuous-flow solution culture, aeroponics, passive sub-irrigation, flood and drain sub-irrigation, run to waste, deep water culture, bubbleponics, serta bioponic. Namun pada kesempatan kali ini, kami hanya akan membahas tentang teknik static solution culture saja. Kenapa? Sebab menurut kami, teknik static solution culture ini merupakan teknik yang paling mudah dilakukan jika dibandingkan dengan metode-metode lainnya sehingga cocok sekali dipakai oleh para pemula.

Apakah yang dimaksud dengan teknik static solution culture dalam proses bercocok tanam hidroponik? Pengertian teknik static solution culture adalah proses budidaya tanaman hidroponik menggunakan air statis, diam, dan tidak mengalir. Kekhasan dari metode ini yaitu akar tanamannya bakal selalu berada di dalam air yang sudah dicampur dengan larutan nutrien. Hal ini memungkinkan tanaman tersebut untuk selalu mendapatkan bahan makanan dan air sesuai kebutuhannya sendiri. Terdapat 2 jenis teknik static solution culture yaitu teknik apung (rakit apung) serta teknik sumbu (wick system).

Persiapan Wadah Penanaman

Dalam menanam tumbuh-tumbuhan secara hidroponik, Anda dapat memakai wadah dari barang-barang bekas seperti ember, toples, gelas, bak air, dan lain-lain. Syaratnya yaitu wadah yang dipakai tidak boleh berwarna transparan agar air di dalamnya tak terkena sinar matahari secara langsung dan tak ditumbuhi lumut yang dapat mengganggu tanaman. Jika terpaksa, Anda bisa menutupinya memakai plastik, lakban, aluminium foil, cat, atau kain. Anda harus menyesuaikan antara ukuran wadah yang digunakan dengan ukuran dan jumlah tanaman yang akan di dalam wadah tersebut supaya pertumbuhannya optimal.

Teknik Apung atau Teknik Sumbu?

Pelaksanaan teknik static solution culture dapat dilakukan dengan metode apung atau sumbu. Di dalam teknik apung, pot-pot tanaman mesti dimasukkan ke dalam lubang yang terdapat pada lembaran gabus. Pastikan posisi pot tanaman ini terikat kuat supaya tidak mudah jatuh ke dasar air. Setelah itu, lembaran gabus tersebut dimasukkan ke dalam kolam yang telah berisi air. Barulah kemudian Anda bisa menanam bibit tanaman yang dimaksud ke dalam pot tadi. Usahakan bagian akarnya bisa tercelup secara langsung ke dalam air ya. Bagian akar inilah yang bertugas untuk menyerap zat nutrisi beserta air.

Sedangkan dalam pelaksanaan teknik sumbu, setiap pot yang sudah berisi bibit tanaman harus dipasangi dengan sumbu yang terbuat dari bahan kain pada bagian dasarnya. Sumbu inilah yang selanjutnya bakal menghubungkan antara wadah yang sudah berisi cairan nutrisi dengan akar tanaman. Sumbu tersebut dapat diibaratkan sebagai perpanjangan dari akar tanaman. Karena mempunyai sifat kepiler, sumbu kain ini pun mampu mengangkut cairan nutrisi dari wadah penampungan menuju ke atas sampai naik ke akar tanaman sesuai dengan jumlah nutrisi yang akan diserap oleh akar tersebut pada suatu waktu.

Melengkapi dengan Aerator

Aerator ialah mesin pencipta gelembung udara di dalam air. Biasanya sih aerator ini digunakan di dalam akuarium. Namun saat menanam tumbuhan hidroponik dengan teknik static solution culture, Anda pun membutuhkan alat ini. Gunanya agar komposisi larutan nutrien yang ada di dalam bak dapat menyebar secara merata ke seluruh bagian. Opsi lainnya yaitu gunakan pompa air aquarium atau pompa bertenaga medium yang kerap dipakai pada pancuran. Jika media hidroponik tak dilengkapi dengan aerator, maka akibatnya larutan nutrien pun tidak bisa terserap maksimal dan akar menjadi kekurangan oksigen.

Penggantian Larutan Nutrien

Frekuensi penggantian larutan nutrien bisa dilakukan sesuai jadwal dan prosedur yang telah ditentukan. Panambahan larutan nutrien atau air bersih dapat dilaksanakan setiap kali ketinggian permukaan media tanam berkurang hingga mencapai ketinggian tertentu. Jumlah larutan nutrien yang ditambahkan ke bak penampungan dapat disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang dibudidayakan. Memberikan nutrisi yang berlebih ke dalam bak justru dapat memicu kematian pada tanaman budidaya loh. Oleh sebab itu, Anda harus mempelajari betul tentang sifat dan karakteristik tanaman yang dibudidayakan ya.

Masalah yang Mungkin Terjadi

Proses penanaman secara hidroponik juga tidak terlepas dari kendala-kendala yang dapat menghambat pelaksanaannya. Kendala utama pada teknik sumbu adalah volume larutan yang menurun drastis hingga berada jauh di bawah posisi akar dan sumbu sehingga tidak terjangkau. Untuk mengatasinya, Anda bisa menggunakan keran yang telah dilengkapi dengan katup pelampung bola sehingga ketinggian larutan ini akan otomatis terjaga selalu. Sedangkan pada teknik apung, kendala ini tidak terjadi mengingat tanaman diapungkan menggunakan lembaran gabus tepat di atas permukaan air sehingga akar dapat menjangkau larutan nutrien tersebut secara terus-menerus.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *